Hari Kanker Sedunia Akan Jadi Momentum Perbedaan Kesenjangan Dalam Perawatan

Healthek - Setiap tahunnya, 4 Februari selalu diperingati sebagai hari kanker sedunia.

Energy peringatan setiap tahun ini penting untuk mempromosikan kesadaran dan tindakan yang diperlukan dalam melawan kanker.

Pada tahun 2022-2024 ini, kampanye hari kanker sedunia mengusung tema "Close the Treatment Void" atau Tutup Segala Kesenjangan dalam Perawatan (Kanker).

Pada tahun pertama yaitu 2022, tema ini berfokus pada upaya-upaya untuk mengenali dan mengakui hambatan yang dihadapi pasien kanker dalam mendapatkan perawatan yang mereka butuhkan.

Pasien kanker sering menghadapi hambatan ketika mereka mulai menjalani perawatan, bahkan sejak tindakan diagnostik dilakukan.

Pendapatan ekonomi, jenjang pendidikan atau pengetahuan, lokasi geografis, dan diskriminasi berdasarkan etnis, ras, jenis kelamin, orientasi seksual, usia, kecacatan dan gaya hidup hanyalah beberapa faktor yang dapat memengaruhi perawatan secara negatif.

"Setengah dari populasi dunia tidak memiliki akses ke berbagai layanan kesehatan yang esensial dalam hal diagnostik dan/atau terapi kanker yang memadai.

Di masa kemajuan teknologi yang menakjubkan dalam pencegahan kanker, deteksi dini, medical diagnosis, dan pengobatan; petualangan seseorang dengan kanker (atau dengan risiko kanker) masih sangat panjang dengan segala kendalanya, terutama di negara kita," terang Dr. dr. Shinta O Wardhani, SpPD-KHOM dari RSUD dr.Syaiful Anwar.

Adanya paradigma yang keliru di masyarakat tentang perspektif penyakit merupakan hambatan yang cukup umum.

Kondisi ini menyebabkan keluhan-keluhan yang dicurigai sebagai awal mula kanker tidak segera ditindaklanjuti sehingga sebagian besar pasien datang dalam kondisi kanker tahap lanjut sehingga sulit diobati, dengan konsekuensi harapan hidup yang relatif lebih kecil.

Dr. Shinta mengatakan bahwa keberadaan faktor risiko dalam keluarga tidak selalu diikuti dengan kesadaran untuk melakukan pemeriksaan berkala sehingga deteksi dini tidak dapat dilakukan.

"Rumor-rumor tentang pengobatan alternatif yang tidak bertanggung jawab juga turut menjadi hambatan serta ancaman, di mana pasien yang sudah terdiagnosis kanker mendapatkan informasi yang salah tentang operasi, kemoterapi, dan radioterapi dari masyarakat sehingga pasien lebih memilih terapi tradisional yang justru akan memberikan waktu sel kanker untuk lebih leluasa berkembang menjadi stadium yang lebih lanjut dengan berbagai komplikasinya," terang dr. Shinta.

Menurut dr. Herwindo P. Brahmantyo, SpPD, hambatan lain dalam perawatan pasien kanker (atau yang diduga menderita kanker) adalah kurangnya dukungan sosial, masalah asuransi/keuangan, transportasi, dan masalah dengan komunikasi perawatan kesehatan. Hambatan-hambatan ini dapat memengaruhi proses dan hasil perawatan kanker, seperti kepatuhan pasien, hubungan dokter-pasien, dan perawatan yang tepat waktu.

"Peran keluarga, masyarakat, dan pembuat kebijakan sangat penting dalam membentuk sistem dukungan yang memadai dari segala aspek agar pasien kanker mendapatkan perawatan yang paripurna hingga tuntas, serta memiliki kualitas hidup yang lebih baik," jelas dr. Herwindo.

"Mulai dari kebijakan asuransi JKN yang mencakup semua hal yang dibutuhkan dalam diagnosis dan tata laksana yang menyeluruh; termasuk menyediakan fasilitas yang cukup sehingga antrean diagnostik dan terapi tidak terlalu panjang; sarana transportasi yang mudah dan murah, infrastruktur yang mempermudah akses ke fasilitas kesehatan, serta kebijakan dukungan waktu dan ekonomi bagi pasien serta keluarga selama mereka menjalani rangkaian perawatan kanker," sambungnya.

Dr. Nina Nur Arifah, SpPD dari RSUD Syaiful Anwar menjelaskan bahwa di dalam sebuah sistem rumah sakit, perawatan kanker perlu dilakukan secara kolaboratif dan multidisplin, mulai dari segi perawatan medis, bedah, kegawatdaruratan, nutrisi, rehabilitasi, serta pendampingan psikologi.

Manajemen kolaboratif kanker merupakan salah satu upaya di sisi layanan kesehatan dengan harapan pasien kanker segera mendapatkan keputusan diagnosis dan terapi yang tepat dan cepat, dirawat secara ideal dan paripurna, dengan masa perawatan di rumah sakit yang lebih singkat.

"Idealnya hal ini perlu dioptimalkan untuk segala kondisi kanker, mulai dari arena awal hingga arena lanjut, di mana keluarga atau caretaker perlu didampingi dan dibekali pengetahuan yang cukup dalam merawat pasien dengan baik dan benar (terutama di rumah) hingga akhirnya pasien dapat meninggal dengan bermartabat," terang dr. Nina.

Lebih lanjut, dijelaskan bahwa tenaga kesehatan juga perlu berbenah dengan menghapus stigma serta diskriminasi terhadap pasien kanker dan keluarganya.

Selain itu, penting bagi nakes agar mau lebih mendengarkan dan menggunakan hati sehingga mampu memperbaiki perilaku serta diksi ketika berkomunikasi agar pasien kanker beserta keluarga/caregiver merasa nyaman dalam menjalani rangkaian proses diagnostik dan terapi kanker.

Hal yang menjadi kunci adalah identifikasi dan understanding masalah dengan membuka hati dan pikiran nakes tentang segala permasalahan yang ada di masyarakat terkait kanker.

Mendengar, melihat dan merasakan dengan hati merupakan langkah awal untuk selanjutnya memahami dan menerima masalah yang ada dan berusaha membantu memberikan solusi dengan kompetensi yang dimiliki.

Pada masyarakat sendiri, sangat penting memberikan pemahaman bahwa mencegah tentunya lebih baik dari mengobati.

Kanker dapat dicegah dengan menerapkan pola hidup yang sehat dengan memilih makanan sehat, banyak beraktivitas, berhenti merokok, mengurangi konsumsi alkohol, menggunakan sun block, hindari polutan, vaksinasi, serta memerhatikan dan mengenali setiap perubahan pada tubuh sebagai salah satu tindakan deteksi dini.

Surveilans serta deteksi dini perlu dioptimalkan untuk menemukan kasus kanker dengan stadium lebih awal sehingga dapat ditangani secara perfect, dengan tujuan angka remisi/kesintasan lebih tinggi, harapan hidup lebih panjang, dan kualitas hidup menjadi lebih baik.

Media massa juga perlu membuat promosi yang mendukung sistem ini secara luas agar salah kaprah yang telanjur subur di masyarakat dapat diputus dan dikembalikan ke alur penanganan kanker yang semestinya.

Penyedia kebijakan serta pemerintah perlu membuat sarana kesehatan yang easily accessible dari segi biaya dan infrastruktur.

Program pendidikan terhadap pemberi layanan kanker perlu diperluas dan dipermudah aksesnya. Prinsip perawatan kolaboratif dan multidisiplin perlu diterapkan di semua layanan kesehatan agar pasien kanker mendapatkan perawatan yang holistik dan paripurna hingga akhir hayatnya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Provider XL Mengatakan Sudah 75 Persen Karyawannya Sudah Vaksinasi

Mengetahui Sejumlah Masalah Kesehatan Yang Ditunjukan Umum Oleh Kaki, Berikut Selengkapnya

Untuk Wanita Lansia Kebiasaan Makan Sendirian Meningkatkan Resiko Jantung